"Gibran Mendengar" Merajut Aspirasi dari Indonesia Timur
Gibran Mendengar tidak saja hanya ada di Pulau Jawa. Namun calon Wakil Presiden Nomor Urut 2 ini juga terbang ke Indonesia Timur atau persisnya Maluku. Persisnya Gibran Rakabuming Raka berada di Red Bricks Café & Resto, Kota Ambon, Senin (8/1).
rmol.id |
Kegiatan berlangsung hangat di mana warga Ambon bisa menyampaikan aspirasi yang ada. Mereka ini berasal dari kalangan muda, komunitas kreatif, pegiat UMKM, ekonomi kreatif dan musisi lokal.
Dalam kegiatan ini Gibran tak datang sendiri tapi juga didamping istri Selvi Ananda. Selain itu masih ada selebritas papan atas tanah air Rafi Ahmad.
Gibran Mendengar sebagai Upaya Lebih Bisa Mendengar Aspirasi Akar Rumput
Tercatat, selama masa kampaye Gibran Mendengar telah beberapa kali dilaksanakan. Beberapa kota yang telah dikunjungi antara lain Cirebon, Sragen, Tangerang dan Manado.
Sama seperti di kota-kota lain, di mana putra sulung Presiden Joko Widodo ini memilih lebih banyak mendengar daripada mengumbar janji. Sesuatu yang beda tentunya dimana pasangan calon lain cenderung lebih memilih mengumbar janji.
Di Kota Manise, suami Selvi ini mendengar berbagai aspirasi yang datang dari berbagai kalangan atau kelompok. Mencoba berkomunikasi dari hati ke hati dan nantiya menjadi bahan pertimbangan atau dasar bila pasangan nomor urut 2 terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
“Ale Rasa Beta Rasa” menjadi lagu pembuka dari kegiatan ini. Lagu yang sangat fenomenal bagi warga Ambon. Terutama mereka yang pernah berada di area konflik pada tahun 2004 hingga 2007. Lagu yang mengajarkan pentingnya perdamaian dan harus tetap dijaga.
Beberapa Poin Disampaikan
Dalam kegiatan Gibran Mendengar kali ini ada beberapa poin penting disampaikan. Namun setidaknya ada 2 masalah atau hal menarik yang bisa ditindaklanjuti antara lain:
1. Ambon Memiliki DNA dan Intuisi Musik Tinggi
Tak ada yang menafikan bila orang-orang Ambon jago dalam bernyanyi dan bermain musik. Banyak musisi besar tanah air berasal dari kota ini.
Musik telah menjadi bagian dari tradisi dan kebiasaan sehari-hari warga Ambon. Jangan kaget kemudian bila di masing-masing rumah bisa ditemukan satu set alat karaoke.
Fakta ini diperkuat oleh Duta Musik UNESCO untuk Ambon, Ronny Loppies, dimana ia mengatakan musik sudah menjadi bagian dari DNA masyarakat Kota Ambon.
Ambon masih membutuhkan apa yang namanya icreative hub guna mengasah minat kreatif anak muda yang ada. Selain itu perlu juga adanya acara musik secara berkala guna membangun harmonisasi kota.
2. Permasalahan Sosial Lingkungan
Ambon tak ubahnya kota-kota lain di tanah air. Di mana sampah masih menjadi kendala yang perlu perhatian khusus. Dan hal ini disampaikan Jordi yang tak lain adalah penggiat lingkungan.
Jordi bersama warga Ambon peduli lingkungan pernah mengumpulkan 12,8 ton sampah. Sesuatu yang harusnya tidak perlu ada bila warga memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan.
Oleh karenanya edukasi seputar sampah dan kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan. Terlebih Ambon dikenal akan keindahan pantai dan hal ini tentu bukan sesuatu yang elok.
Ia juga mengungkapkan bahwa kendala yang terjadi dan dihadapi oleh Kota Ambon adalah masih kurangnya edukasi masyarakat terkait pengelolaan sampah beserta kebersihannya.
Gibran pun sepakat dengan apa yang disampaikan Jordi dan ini menjadi masalah yang sama. Pun demikian dengan Surakarta di mana kota ini pun butuh tata kelola sampah yang baik dan benar.
Kehadiran Gibran pun membawa perspektif baru bagi masyarakat Ambon. Masih ada banyak hal yang harus dilakukan. Terutama untuk kemudian bisa sejajar dengan kota-kota lain, khususnya yang ada di Jawa.
Belum ada Komentar untuk ""Gibran Mendengar" Merajut Aspirasi dari Indonesia Timur"
Posting Komentar